Pada saat setelah haid, permukaan rongga rahim yang terkelupas ketika haid akan kembali ditumbuhi oleh lapisan baru. Setiap selesai haid, lapisan rongga rahim itu akan kembali dimatangkan atau disuburkan agar siap untuk menjadi tempat kehamilan pada siklus haid bulan berikutnya. Pembentukan lapisan permukaan rongga rahim yang baru ini berlangsung secara bertahap berhari-hari hingga sampai pada keadaan yang cocok untuk digunakan sebagai tempat kehamilan. Sekitar 2 minggu (14 hari) sebelum jadwal haid bulan berikutnya, lapisan permukaan rongga rahim ini sudah dalam keadaan subur dan siap untuk menerima calon janin.
bersamaan dengan matangnya rongga rahim, yaitu sekitar 2 minggu sebelum jadwal haid berikutnya, normalnya akan ada sebuah sel telur (ovum) matang yang keluar dari kandung telur (ovarium) yang siap untuk dibuahi oleh sperma. Keluarnya sebuah sel telur matang dari kandung telur ini dikenal dengan istilah Ovulasi. Jadi, sekitar 14 hari sebelum haid itu normalnya akan selalu terjadi dua peristiwa kematangan, yaitu matangnya rongga rahim sehingga siap untuk menjadi tempat kehamilan, serta peristiwa matangnya sebuah sel telur yang siap untuk dibuahi. Kedua peristiwa ini berlangsung secara bersamaan, dan akan terus terjadi berulang kali di setiap siklus bulanan haid selama lebih dari 30 tahun usia subur wanita hingga menjelang menopause, kecuali bila terjadi kehamilan atau ada faktor penghambat lainnya. Hari terjadinya ovulasi itu memang dihitung bukan dari hari pertama haid di bulan yang bersangkutan, tapi dihitung dari hari pertama haid bulan berikutnya. Praktisnya untuk menghitung tanggal perkiraan ovulasi adalah dengan cara mengurangi 14 hari dari lamanya siklus haid. Hal ini karena haid itu umumnya terjadi pada 14 hari setelah ovulasi. Jadi misalnya bila siklus haid bulanan seorang wanita adalah 30 hari, maka hari subur (ovulasi) akan terjadi sekitar hari ke-16 yaitu dari perhitungan 30 dikurangi 14. Sebagai catatan, hari pertama haid di bulan tersebut dinyatakan sebagai hari ke-1. Contoh lain, bila siklus haidnya 35 hari, maka hari suburnya adalah hari ke-21 yaitu dari 35 dikurangi 14. Demikian juga untuk siklus haid 28 hari maka ovulasi akan terjadi sekitar hari ke-14, dan seterusnya. Patokan jarak 14 hari dari haid bulan berikutnya untuk masa subur sel telur ini, memang berlaku untuk semua wanita yang normal. Berapapun jarak siklus haid bulanan seorang wanita, baik yang jarak siklusnya 22 hari, 25 hari, 28 hari, 35 hari, dll., maka keluarnya sel telur matang atau ovulasi atau hari subur ini terjadi pada jarak waktu yang sama, yaitu sekitar 14 hari (2 minggu) sebelum hari pertama haid bulan berikutnya. Dalam setiap bulan atau dalam setiap satu siklus haid, normalnya hanya ada sebuah sel telur saja yang matang, dan kemudian dikeluarkan oleh kandung telur ke mulut saluran yang menuju rongga rahim. Namun sel telur matang ini setelah keluar dari kandung telur, ternyata masa suburnya hanya berlangsung sebentar saja, karena sel telur matang ini hanya mampu bertahan hidup beberapa jam saja. Bila pada saat ovulasi atau tepat pada hari ketika keluarnya sel telur matang ini dilakukan hubungan suami istri, dan sel sperma berhasil membuahi sel telur matang ini, maka akan terjadi kehamilan, asalkan tidak terdapat faktor kelainan atau penghambat. Hal ini karena dalam setiap satu siklus bulanan, masa subur wanita hanya terjadi pada satu hari ketika ovulasi saja. Adapun sperma, masa suburnya itu terjadi setiap hari, sehingga setiap saat keluar ketika hubungan badan, sel sperma normalnya selalu dalam keadaan subur. Oleh karena itu maka hanya hubungan badan yang dilakukan di sekitar ovulasi saja yang bisa menyebabkan kehamilan, yaitu sekitar 14 hari sebelum jadwal haid berikutnya. Sedangkan hubungan suami istri yang dilakukan di luar ovulasi atau di luar masa subur wanita maka tidak akan menyebabkan kehamilan, karena di luar masa subur tersebut tidak akan ada sel telur matang yang bisa dibuahi. Dengan demikian bila misalnya siklus haid bulanan seorang wanita adalah 30 hari, maka kehamilan bisa terja di kalau hubungan suami istri dilakukan sekitar hari ke-16 siklus haidnya (30 dikurangi 14). Contoh lain, pada wanita yang memiliki siklus haid 35 hari maka hubungan badan yang bisa menyebabkan hamil adalah kalau dilakukan sekitar hari ke-21 sesudah haid sebelumnya. Demikian juga untuk wanita yang siklus haidnya 28 hari maka bila dilakukan hubungan suami istri sekitar hari ke-14 maka bisa hamil juga, dst. Perhitungan masa subur wanita seperti di atas ini tentunya akan mudah dilakukan bila siklus haidnya teratur setiap bulan. Sedangkan pada wanita yang datang haidnya tidak teratur tentu saja akan sulit menerapkannya. Namun sekarang sudah ada alat test kesuburan atau ovutest yang juga sudah dijual bebas di pasaran. Melalui alat ini masa subur setiap wanita bisa diketahui dengan mudah, termasuk pada wanita yang siklus haidnya tidak teratur. Alat ini ada yang menggunakan metoda pemeriksaan air kemih dan ada juga yang melalui pemeriksaan air ludah. Pada pemeriksaan air kemih, prinsipnya adalah mendeteksi kadar hormon perangsang ovulasi yaitu Luteinizing Hormon ( LH) yang dihasilkan tubuh wanita. Sekitar 1 - 2 hari sebelum ovulasi, hormon LH ini selalu melonjak hingga mencapai kadar tertinggi, kemudian turun lagi setelah ovulasi. Sedangkan pada alat yang menggunakan pemeriksaan air ludah, prinsipnya adalah mendeteksi kadar elektrolit yang ada di dalam air ludah yang selalu meningkat pada wanita subur di sekitar 3 hari sebelum ovulasi, dan kemudian menurun kembali sekitar 3 hari setelah ovulasi. Pada beberapa hari sebelum ovulasi sampai beberapa hari sesudah ovulasi tersebut yaitu ketika LH maupun elektrolit meningkat, pemeriksaan ovutest akan menunjukkan hasil yang positip. Hari-hari yang positip ini disebut juga "jendela kesuburan". Pemakaian alat ovutest ini bisa dilakukan setiap bangun pagi, setelah selesai haid, setiap hari dalam beberapa bulan pertama hingga bisa mempelajari grafik siklus normal bulanannya dan saat-saat masa suburnya. Melalui "jendela kesuburan" dari hasil ovutest ini memang bisa diketahui secara obyektif masa subur setiap wanita, termasuk bagi wanita yang haidnya tidak teratur. Tapi bagaimanapun juga test ini tidak bisa mendeteksi secara pasti tentang kapan, hari, jam dan menit waktu terjadinya ovulasi. Namun yang pasti bahwa lonjakan kadar LH yang selalu terjadi sekitar 1 - 2 hari sebelum ovulasi, atau pun lonjakan elektrolit yang terjadi sekitar 3 hari sebelum ovulasi, bisa dideteksi oleh alat ovutest. Bagi suami istri yang menginginkan punya anak, hubungan badan di hari-hari awal masa "jendela kesuburan" ini akan memberikan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan kehamilan. Sebaliknya, masa "jendela kesuburan" ini bisa juga digunakan sebagai patokan untuk menghindarkan hubungan badan bagi suami istri yang tidak menghendaki kehamilan ( metoda KB alami/ pantang berkala), meskipun efektivitas cara ini tidak bisa dijamin berhasil 100 % dalam mencegah kehamilan. Dalam keadaan normal, sehari sebelum terjadinya ovulasi atau bersamaan dengan mulai melonjaknya hormon LH, suhu tubuh biasanya meningkat sekitar 0,5 derajat celcius dari sebelumnya. Selanjutnya suhu setinggi ini akan tetap bertahan hingga datangnya hai d berikutnya. Begitu terjadi haid, suhu tubuh akan turun lagi 0,5 derajat celcius kembali ke suhu sebelum ovulasi. Kemudian sekitar sehari menjelang ovulasi berikutnya suhu naik lagi, dan terus naik turun di setiap menjelang ovulasi dan ketika haid, yang terjadi secara periodik dalam setiap siklus bulanan haid. Pengukuran suhu yang terbaik adalah langsung ketika bangun pagi, sebelum bangkit dari tempat tidur. Bila hal ini dilakukan rutin setiap hari sejak haid kering, maka pada hari kedua setelah terjadinya kenaikan suhu bisa dijadikan sebagai patokan perkiraan hari subur atau ovulasi. Pada saat itulah, bila dilakukan hubungan suami istri, akan mendapatkan peluang yang besar untuk terjadi kehamilan. Sekarang malah di pasaran sudah ada termometer digital berprogram komputer yang dirancang khusus untuk test kesuburan. Bila alat ini dipakai oleh wanita setiap hari, maka menjelang masa subur atau ovulasi, dari alat ini akan keluar sinyal indikator dan suara alarm tanda masa subur yang akan menyala secara otomatis. Bahkan akhir-akhir ini ada juga jam tangan wanita yang dilengkapi dengan termometer khusus, untuk mendeteksi masa subur. Sehingga begitu datang masa subur maka secara otomatis akan ada tanda peringatan dari jam tangan yang dipakai tersebut. Namun tentu saja bila tubuh sedang menderita demam, pendeteksian kesuburan melalui suhu ini akan sulit diketahui dengan akurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar